Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, M Nurul Yamin, menuturkan bahwa saat ini masih banyak kelompok masyarakat di Indonesia, khususnya kelompok tani yang termarjinalkan dan belum mendapat manfaat program pemberdayaan yang memadai.
Hal itu diungkapkan Yamin dalam Pembukaan Sekolah Kader Pemberdayaan Masyarakat (SEKAM) Seri Advokasi Tani yang diselenggarakan oleh MPM PP Muhammadiyah pada Jumat (21/7) di Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma).
“Maka diperlukan kebijakan dan program yang tepat sasaran dan efektif dalam memberdayakan kelompok masyarakat. Atas hal tersebut kelompok masyarakat dapat mengambil peran salah satunya dengan gerakan advokasi kebijakan publik,” tutur Yamin.
Sekam seri Advokasi Tani selama dua hari ini diikuti oleh pegiat pemberdayaan dan advokasi tani di berbagai wilayah, dengan beragam kegiatan termasuk tujuh materi utama demi memperkuat pengetahuan dan keterampilan advokasi peserta seperti tentang keadilan sosail, akses keadilan, dan cara pemenuhan hak-hak serta bantuan hukum. Dengan adanya kegiatan ini, peserta dapat secara mandiri mampu memperjuangkan hak-haknya dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi secara efektif, serta terwujudnya kelompok masyarakat yang berkompeten dan berintergritas dalam memperjuangkan HAM dan demokrasi, secara mandiri, dengan membangun ekosistem advokasi.
Beberapa pemateri dalam kegiatan ini antara lain dari Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah, Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah, Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PP Muhammadiyah, Bidang Advokasi Kebijakan Publik MPM PP Muhammadiyah, Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Publik PP Muhammadiyah dan Majelis Tabligh PP Muhammadiyah.
Sekam Seri Advokasi Tani diikuti oleh lebih dari 40 peserta yang terdiri dari perwakilan dari kelompok masyarakat tani yang merupakan perwakilan dari 15 Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) di Jawa Tengah, dan kelompok petani dampingan Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Unimma, Angkatan Muda Muhammadiyah, aktivis organisasi sosial kemasyarakatan, alumni Sekam dasar, peserta yang mempunyai keinginan dan komitmen melakukan kegiatan “nahi mungkar” berupa kagiatan advokasi untuk dan atas nama kelompok masyarakat.
Yamin dalam sambutannya kemudian menambahkan bahwa bidang pertanian berkaitan dengan berbagai hal. Pangan misalnya. Bidang pangan selanjutnya juga memiliki banyak dimensi. Pertama, berkaitan dengan dimensi agama. Menurut Yamin ada banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang pangan.
“Yang intinya bagaimana memproduksi pangan yang halal,” tuturnya.
Dari dimensi ekonomi, dapat ditelisik juga bahwa saat ini banyak sekali masyarakat yang terjun ke dunia bisnis, kuliner yang tentunya berkaitan dengan pangan. Demikian halnya dengan dimensi sosial dan politik, hubungan antar negara dan juga dimensi budaya.
“Berhubung kompleksnya dimensi pangan, maka disitulah wilayah dakwah,” tambah Yamin.
Karena memiliki dimensi yang luas, bidang pangan perlu menjadi perhatian penting, terutama bagi aktor utamanya, yakni petani. Dengan kontribusinya yang sangat besar dalam pangan, menurut Yamin, petani hingga saat ini belum terangkat harkat dan martabatnya.
Petani lanjut Yamin masih lebih diposisikan sebagai objek, alih-alih sebagai subjek. Baik itu objek ekonomi, maupun objek politik.
Tidak hanya itu, petani hingga saat ini hanya fokus pada budi daya, belum sampai pada aspek-aspek secara menyeluruh seperti pasca tanam yang jauh lebih besar menentukan nasib petani.
Dengan berbagai masalah tersebut, menurut Yamin kegiatan Sekam sesi Advokasi Tani merupakan salah satu usaha untuk mengentaskan berbagai masalah yang dihadapi petani.
“Muhammadiyah bersama MPM melalui kegiatan Sekam seri Advokasi Tani ini tidak hanya membersamai petani di hulu tetapi juga di tengah hingga ke hilir,” tegas Yamin.
Di level tengah misalnya, Muhammadiyah melalui MPM berusaha menghidupakan nalar kritis petani tidak hanya petani Muhammadiyah tetapi juga Petani Indonesia. Melalui kolaborasi bersama MPM Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, Yamin juga menuturkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas advokasi kelompok masyarakat.
“Penting kiranya juga memperhatikan perlindungan hak-hak masyarakat yang rentan. Maka SEKAM Seri Advokasi ini diharapkan dapat menjadi upaya untuk memberikan pelatihan advokasi yang berkualitas kepada kelompok masyarakat,” tambah Yamin.
SEKAM Seri Advokasi Tani ini merupakan kegiatan pelatihan khusus bagi pegiat pemberdayaan dan advokasi tani di wilayah atau daerah. Agenda ini diselenggarakan selama dua hari dari Jumat hingga Sabtu ini, turut menghadirkan tujuh pemateri meliputi: Iwan Satriawan, Bachtiar Dwi Kurniawan, Eko Prasetyo, Muhammad Fajrus Shodiq, Iwan Nurdin, dan Arief Ariyanto.
Melalui agenda ini, diharapkan peserta dapat lebih mandiri dan mampu memperjuangkan hak-haknya secara efektif. Melalui pelatihan advokasi, masyarakat dapat meningkatkan kesadaran akan hak-haknya dan memperoleh kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi.