MPM.OR.ID, KEBUMEN—Ikhtiar jihad kedaulatan pangan, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah ambil langkah strategis dakwah sektor pertanian dengan kembali deklarasikan Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) yang kali ini JATAM Kebumen.
Sebelum menuju kedaulatan pangan, Muhammadiyah terlebih dahulu meningkatkan nilai tawar petani. Oleh karena itu lahirnya JATAM merupakan ikhtiar untuk menaikkan nilai tawar petani, supaya tidak lagi menjadi ‘bulan-bulanan’ pasar ketika musim panen raya tiba.
Ketua MPM PP Muhammadiyah, M. Nurul Yamien menuturkan bahwa dakwah di sektor pertanian untuk menciptakan jihad kedaulatan pangan sekurangnya melalui tiga model. Pertama, yakni dengan meningkatkan keberdayaan sisi hulu atau budidaya dari petani dan pertanian di Indonesia.
Menurutnya, ketika melakukan budidaya tanaman, petani sudah harus memikirkan nilai tambahnya. Yamien mencontohkan misalnya, pada jenis budidaya tertentu selain untuk sektor produksi juga memiliki nilai tambah edukasi dan wisata.
“Sehingga kemudian memperkuat branding suatu lokasi pertanian sebagai desa wisata,” ungkap Yamie di acara Deklarasi JATAM Kebumen sekaligus Tanam Raya Durian di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah pada (19/12).
Kedua, MPM dalam melakukan dakwah jihad kedaulatan pangan dengan melakukan gerakan konkrit yaitu “Gerakan Kembali Bertani”. Hal itu dilakukan untuk menjawab persoalan kesenjangan usia petani di Indonesia, di mana saat ini mayoritas petani berusia tua. Gerakan kembali Bertani dimaksudkan untuk memikat kaum muda supaya kembali bertani.
“Harapannya petani-petani milenial, petani-petani muda Muhammadiyah punya kreatifitas di bidang pertanian akan semakin meningkat, dan menjadi nilai tambah, atau peluang di sektor pertanian yang menjanjikan dan menggembirakan,” tutur Yamien.
Pada model dakwah kedua jihad kedaulatan pangan ini juga diperlukan penguatan pengorganisasian petani, sehingga JATAM adalah ‘wasilah’ konkrit untuk mempercepat kedaulatan pangan. Selanjutnya, atau yang ketiga adalah pada model pemasaran. Di mana produk hasil budidaya petani JATAM dapat diserap pasar.
Sementara itu, pemilihan pohon durian di Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen ini menurut Yamien juga memiliki sisi wawasan lingkungan. Di mana pohon durian yang masuk kategori tanaman keras sebagai pengikat tanah, untuk mengurangi resiko tanah longsor. Selain itu pada sisi ekonomi durian juga memiliki pasar yang relatif potensial.
“Jamaah Tani Muhammadiyah itu merupakan langkah strategis dari persyarikatan dalam rangka dakwah pertanian Muhammadiyah,” kata Yamien.
Pada kesempatan ini MPM PP Muhammadiyah, bersama Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PDM Kebumen, LazisMU Kebumen dan kolaborasi dengan BPBD Pemkab Kebumen, Perum Perhutani Kedu Selatan, Dinas Pertanian dan Pangan Pemkab Kebumen berhasil mengumpulkan sebanyak 2.000 batang bibit durian dengan jenis Musang King dan Bawor.